KisahBenar: Taubat Nasuha dari Seorang Pramugari ( Kesah Benar ) Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita berkenaan. “Kakak ni sakit,” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain. Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas. Semua jemaah nampak panik dengan

- Penyair kawakan Indonesia Chairil Anwar pernah menggambarkan kekhilafan dan dosa manusia dalam puisinya yang bertajuk "Doa". Menurut Chairil, manusia kerap tersesat dalam kehidupannya. Sebagai sosok yang penuh nista dan dosa, selayaknya ia bertobat kepada Tuhannya. TuhankuAku hilang bentukRemukTuhanku aku mengembara di negara asingTuhankuDi pintu-Mu aku mengetukAku tidak bisa berpalingChairil Anwar, Puisi 'Doa' 1943 Sebagai makhluk yang lemah dan rapuh, Nabi Muhammad SAW mengakui hal itu dalam sabdanya "Setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya," Tirmidzi. Kesalahan yang dilakukan manusia dapat berupa kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja, dosa yang direncanakan atau khilaf dilakukan, hingga dosa-dosa yang harus dilakukan karena terpaksa atau tidak punya pilihan lagi. Karena dosa dan salah adalah tindakan yang lazim dan pernah dilakukan manusia, kita dianjurkan untuk selalu bermuhasabah, introspeksi, dan bertaubat atas kesalahan yang terjadi. Bagaimanapun juga, taubat dan sesal adalah tindakan yang terhormat dalam Islam. Hal itu tergambar dalam firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat 8 "Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai ... " QS. At-Tahrim [66] 8. Taubat murni yang dimaksud surah At-Tahrim itu adalah taubat nasuha. Taubat yang sebenar-benarnya, menyesali kekhilafan yang pernah dilakukan, dan tidak akan mengulangi lagi dosa yang sama. Pengertian Taubat Nasuha Dalam bahasa Arab, taubat artinya kembali. Secara istilah, taubat adalah kembali kepada Allah SWT, serta menyerahkan diri dengan penuh penyesalan. Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa taubat adalah tindakan hati, membersihkan jiwa dari dosa. Dengan taubat, seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah SWT setelah menyesal atas dosa dan maksiat yang dilakukan. Dilansir NU Online, taubat juga berarti meninggalkan pekerjaan dan aktivitas hina menuju pekerjaan mulia. Dua cara taubat yang dapat dilakukan adalah dengan muhasabah atau introspeksi diri, kemudian mengikuti petunjuk Rasulullah SAW Al-ittiba'. Mengikuti Rasulullah SAW dapat dilakukan dengan mengerjakan sunah yang dicontohkan beliau, kemudian menjauhi larangan Allah SWT dan mematuhi perintah-Nya. Tindakan taubat juga kerap diiringi dengan mendirikan salat taubat. Tata cara melakukan salat taubat dapat dilihat di juga Armand Traore dan Janji Taubat yang Kini Terlambat Kisah Teladan Nabi Yunus As Ditelan Ikan Besar dan Bertaubat Syarat-syarat Taubat Nasuha Agar taubat diterima dan sah dilakukan, terdapat syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi seorang muslim. Apabila seseorang sudah bermuhasabah, mengucapkan istigfar, bahkan mendirikan salat taubat, namun syarat-syarat berikut ini tidak dikerjakan, taubatnya menjadi percuma dan tidak diterima Allah SWT. Pertama, apabila dosa dan kekhilafan itu dilakukan kepada Allah SWT hablum minallah, syarat-syarat taubat ada tiga 1. Berhenti berbuat maksiat2. Menyesali dosa yang Tidak akan mengulangi lagi kemaksiatan tadi. Kedua, apabila kesalahan atau dosa itu berhubungan dengan manusia hablum minannas, misalnya pernah memukul atau mencuri harta orang lain, syarat taubatnya tidak cukup hanya tiga poin di atas, melainkan ditambah satu lagi, yakni meminta maaf atau memohon kehalalan atas hak-hak yang sudah diambil juga Tata Cara Sholat Taubat Beserta Bacaan Niat dan Doanya Shalat Taubat Tata Cara, Bacaan Niat, dan Doa Arab-Latinnya - Sosial Budaya Penulis Abdul HadiEditor Addi M Idhom

CaraTaubat Nasuha Agar Kaya Raya (Kisah Nyata) - Hallo sahabat suaraislam, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cara Taubat Nasuha Agar Kaya Raya (Kisah Nyata), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Kekayaan, Artikel Kisah Nyata, Artikel Taubat, Artikel
taubat nasuha Perspektif Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang taubat. Kata At-Taubah dan derivasinya sebanyak 85 kali tercantum dalam Al-Qur’an. Allah mengisahkan perbuatan umat-umat terdahulu berikut balasan dan pahala yang mereka terima. Allah juga menyebutkan akibat bagi orang-orang yang enggan bertaubat. Ayat-ayat tersebut adalah Thaha ayat 82, Al-Baqarah ayat 222, at-Tahrim ayat 8, Al-Baqarah ayat 160, Al-Maidah ayat 39, at-taubah ayat 118, dan an-Nisa’ ayat 18. [1] Perspektif Hadis Sedangkan dalam perspektif hadis, taubat mendapatkan porsi pembahasan yang sangat luas. Hal ini dapat kita saksikan dengan banyaknya hadis-hadis yang terperinci menjelaskan tentang taubat dengan segala permasalahannya. Seperti Sabda rasulullah حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ سَمِعْتُ الْأَغَرَّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ ابْنَ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ artinya “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ghundar dari Syu’bah dari Amru bin Murrah dari Abu Burdah dia berkata; “Saya pernah mendengar Al Agharr, salah seorang sahabat Rasulullah, memberitahukan Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah bersabda Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku bertaubat seratus kali dalam sehari.’ ” Telah menceritakannya kepada kami Ubaidullah bin Mu’adz telah menceritakan kepadaku Bapakku. Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami Ibnul Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abu Dawud dan Abdurrahman bin Mahdi semuanya dari Syu’bah dengan sanad ini” Muslim no 4871 [2]. Taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Swt, dengan menghindari jalan orang-orang yang mendapat murka Allah dan orang-orang yang sesat. Petunjuk ke jalan yang lurus tidak akan diterima secara maksimal jika orang yang melakukan taubat tersebut buta dengan dosa yang terus menerus ia kerjakan. Kebutaannya tentang dosa, sangat bertentangan dengan pengetahuannya tentang hidayah. Taubat dari dosa adalah suatu kewajiban bagi setiap diri manusia. Hal ini merupakan perintah Allah dan sunnah Nabi. Sahl bin Abdullah berkata “ siapa yang berpendapat bahwa taubat tidak wajib, maka sungguh ia adalah seorang kafir”.[3] Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, taubat merupakan istilah yang terbangun dari tiga Variabel, yaitu ilmu, keadaan dan amal. Ilmu akan menghasilkan keadaan dan keadaan akan menghasilkan amal. Semuanya merupakan sunnatullah yang tidak bisa diubah. [4] Syaikh al-Anshari berkata dalam Manazil as-Sa’irin [5] Maksiat “Maksiat itu dapat diketahui dengan tiga parameter. Pertama, engkau terlepas dari penjagaan ketika melakukannya. Kedua, engkau merasa senang saat melakukannya. Ketiga, engkau terus-menerus melakukannya tanpa ada usaha untuk memperbaikinya. Namun pada saat yang sama, engkau juga yakin bahwa Al-Haq Swt, selalu mengawasimu”. Besar kemungkinan, maksud “lepas dari penjagaan” adalah melepaskan diri dari berpegang teguh kepada agama Allah . Senang melakukan maksiat adalah tanda bahwa ia sangat cenderung terhadap maksiat itu. Rasa senang ini juga menunjukkan bahwa ia buta dengan kekuasaan Zat yang ia dustai. Ada tiga perkara berikut yang jika tidak ada dalam diri akan membawa seseorang kepada lembah kenistaan dan tidak akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Ketiga hal tersebut adalah, 1 adanya rasa cemas mengalami matinya hati sebelum bertaubat, 2 rasa sesal karena melakukan pelanggaran terhadap Allah, 3 kebulatan tekad untuk menebus dan memperbaiki. Syarat-syarat Taubat Seseorang yang bertaubat harus melakukan beberapa hal berikut ini, karena ia adalah persyaratan yang akan memudahkan jalan mereka untuk mendapatkan ampunan Allah dan tentu saja supaya istiqamah dalam taubatnya. Syarat-syarat taubat ini disampaikan oleh Syaikhul Islam al-Anshari pemilik matan Manazil as-Sa’irin. Syarat-syarat taubat itu adalah sebagai berikut Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan Berhenti total dari pelanggaran serupa Bertekad tidak mengulanginya lagi Dengan memenuhi ketiga persyaratan ini, seorang hamba baru disebut sebagai orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya. Inilah yang menjadi kunci pokok dari taubat yang tanpanya taubat Nasuha atau taubat yang sebenarnya itu tidak akan tercapai. Manfaat yang Didapatkan oleh Orang yang Bertaubat Taubat yang sungguh-sungguh dengan memenuhi segala persyaratannya akan menghasilkan manfaat yang sangat banyak bagi pelakunya, baik kehidupan dunia apalagi kehidupan akhirat yang abadi. Buah dari bertaubat itu adalah sebagai berikut [6] Menghapuskan dosa dan memasukkan pelakunya ke dalam Syurga Memperbaharui keimanan Mengganti kejelekan dengan kebaikan Menang atas musuh yang nyata yaitu setan Mengalahkan nafsu yang selalu mengajak kepada kejelekan Terpecahnya hati kepada Allah Mendapatkan cinta Allah Allah merasa bahagia dengan orang yang bertaubat Hal-hal yang menghalangi Taubat Taubat merupakan adalah kebutuhan primer bagi manusia sebagaimana makan dan minum. Berpaling dari taubat akan mendatangkan bahaya dan membawa pelakunya kepada lembah kenistaan. Akan tetapi ada hal-hal yang membuat seseorang terhalang dari taubat, meskipun taubat itu adalah kebutuhan pokok manusia. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut Meremehkan perbuatan dosa dan menganggapnya sebagai urusan yang sepele dan remeh, tidak pernah merasa khawatir maupun bingung Panjang angan-angan dengan menganggap bahwa kehidupan dunia ini abadi dan membenci kematian dengan beranggapan bahwa kematian itu tidak pernah mendekat Menipu diri sendiri dengan mengatakan bahwa Allah akan mengampuni meskipun tidak bertaubat. Ini adalah suatu kesalahan yang fatal, karena tidak ada sesuatu apapun yang dapat menjamin hal tersebut. Allah hanya akan memberikan ampunan kepada orang-orang yang bertaubat Kuatnya dosa dan adanya rasa putus asa terhadap ampunan Allah Tidak mengetahui hakikat kemaksiatan Berargumentasi dengan perkataan takdir Allah dengan mengatakan segalanya adalah takdir Allah, ketika ia bermaksiat-pun ia mengatakan bahwa ini adalah takdir Allah Tanda-tanda Orang yang Bertaubat Orang yang melakukan taubat Nasuha atau taubat yang sebenarnya, akan tercermin tanda-tanda lahir, hal ini terlihat dari kehidupannya sehari-hari. Berikut tanda-tandanya[7] Bergaul dengan orang yang shaleh, dan menghindari berteman dengan orang-orang yang berperangai buruk Perilakunya lebih baik daripada yang sebelumnya Berhenti dari perbuatan dosa dan menerima dengan tangan terbuka terhadap segala kebajikan Selalu cemas terhadap azab dan murka Allah, sedikitpun ia tak pernah lepas dari rasa cemas ini. Hatinya berpaling dari hal-hal keduniaan, dan haus akan hal-hal yang bersifat ukhrawi Hatinya selalu aktif dan tersadar karena penyesalan dan rasa cemas yang terus membayangi Hancurnya hati tidak dapat serupa dengan apapun, dengan senantiasa menangisi setiap dosa yang pernah dilakukan dihadapan Allah Swt Demikianlah pembahasan tentang taubat yang dapat kami sampaikan pada postingan kali ini. Semoga informasi ini bermanfaat, dan semoga kita menjadi hamba-hamba yang selalu bertaubat kepada Allah. Amiin Sumber Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ensiklopedia Taubat, Keira Publishing, Cilacap, Depok-Jawa Barat 2014 Yusuf al-Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali Kepada Allah, Mizania, Ujung Berung, Bandung-Jawa Barat 2008 Software Hadis 9 Imam Lidwa Pustaka [1] Muhammad Fu’ad al-Baqi, Mu’jam Mufarras li Alfazil Qur’an [2] Cd Lidwa Pustawa, kitab Shahih Muslim no 4871 bab استحباب الاستغفار والاستكثار منه [3] Yusuf al-Qardhawi, Kitab Petunjuk Taubat hal 19 [4] Ibid hal 65 [5] Ensiklopedia taubat, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal 3 [6] Yusuf al-Qardhawi, Kitab Petunjuk Taubat hal 305-325 [7] [7] Ensiklopedia Taubat, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal XVII Post Views 621 Terdapatsebuah alkisah dalam kitab Al-Matsnawi karya Jalaludin Rumi mengenai tobatnya seorang pemuda bernama Nasuh. Dikisahkan kala itu Nasuh bekerja sebagai pelayan di pemandian perempuan. Saat bekerja, ia menyamar dengan berpakaian perempuan agar identitasnya tidak terbongkar. Jakarta - Manusia kerap berubat khilaf sehingga tidak jarang terjerumus pada perbuatan dosa. Untuk mendapat ampunan Allah SWT, umat muslim dapat melakukan sholat taubat dan melakukan taubat nasuha. Di bawah ini adalah niat sholat taubat nasuha sebelum melakukan praktik sholat taubat nasuha, perlu diketahui perihal taubat nasuha terlebih dahulu. Apa sebenarnya taubat nasuha?Mengutip buku Mengetuk Pintu Taubat oleh Muhammad Syaiful Hidayat dan Yunus Hanis Syam disebutkan bahwa Ibnu Katsir memberi pengertian bahwa taubat nasuha adalah taubat yang jujur dan pasti, menghapus kesalahan yang lalu, membenahi orang yang bertaubat, serta menghilangkan dari dirinya segala perbuatan salah yang telah dilakukan. Mengenai taubat nasuha ini, Allah SWT berfirman dalam Surat At Tahrim ayat 8يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌArab-Latin Yā ayyuhallażīna āmanụ tụbū ilallāhi taubatan naṣụḥā, 'asā rabbukum ay yukaffira 'angkum sayyi`ātikum wa yudkhilakum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hāru yauma lā yukhzillāhun-nabiyya wallażīna āmanụ ma'ah, nụruhum yas'ā baina aidīhim wa bi`aimānihim yaqụlụna rabbanā atmim lanā nụranā wagfir lanā, innaka 'alā kulli syai`ing qadīrArtinya Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".Mengutip buku Ibadah-Ibadah Paling Terhormat Bagi Pelaku Maksiat Agar Taubat Nasuha oleh Muhammad Nasrullah, cara taubat nasuha dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikutBerhenti dari perbuatan yang menyebabkan dosa dan mulai melaksanakan perintah Allah. Dalam urusan sholat dan puasa, maka setelah bertaubat bisa mulai di qadha jika sebelumnya sempat tidak sholat taubat dan berdoa memohon ampunan Allah SWTMenyesali sepenuhnya perbuatan dosa yang telah dilakukanBerjanji untuk tidak mengulanginya kembali dengan sungguh-sungguhSholat taubat dilakukan sebanyak 2, 4 rakaat dan seterusnya. Sholatnya seperti sholat biasa dan dapat dilakukan kapan saja. Akan tetapi lebih baik dilakukan pada tengah malam setelah sholat Niat Sholat Taubat Nasuhaأُصَلِّى سُنَّةَ التَّوْبَةِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَىBacaan latin Ushallii sunnatat-taubati rak'ataini lillaahi ta'aalaa. Allahu "Saya niat sholat sunnah taubat dua rakaat karena Allah Ta'ala. Allahu akbar."Bacaan Doa Setelah Sholat Taubat Nasuhaأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم الَّذِي لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِArab latin Astaghfirullaahal'adziim, alladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaiihArtinya "Saya mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Dzat yang tiada Tuhan melainkan hanya Dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri. Aku bertaubat kepada Nya."Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca doa berikutاللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لآاِلهَ اِلَّااَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَناَ عَبْدُكَ وَأَناَ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ من شَرِّمَاصَنَعْتَ. اَبُوْءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَي وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَArab latin Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana'abduka wa ana'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu a'uudzubika min syarri maa shana'tu. abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u bidzanbi fahghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa "Wahai Tuhan, Engkau adalah Tuhanku, tiada yang patut disembah melainkan hanya Engkau, Engkaulah yang menjadikan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku dalam ketentuan dan janji-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku dan aku mengakui dosaku, karena itulah ampunilah aku, sebab tidak ada yang dapat memberi ampunan melainkan Engkau wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang telah aku perbuat."Syarat Mencapai Taubat NasuhaAdapun empat syarat seseorang dalam mencapai taubat nasuha antara lainMeninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan dan berniat tidak akan mengulanginya secara totalitas dalam melakukan dosa yang pernah ia kerjakanTidak melakukan perbuatan yang memungkinkan hukumnya dosa atau sepadan dengan dosa yang pernah ia lakukan tersebutBersungguh-sungguh untuk menjalankan perintah-Nya setelah ia melakukan sholat taubat.

Beliaujuga mengatakan, “Taubat nasuha yang diterima Allah, dapat mengangkat pelakuknya menjadi lebih agung dari sebelumnya. Sebagaimana perkataan sebagian ulama salaf, “Kalau bukan karena taubat yang lebih dia cintai, maka makhluk yang paling mulia tidak akan diuji dengan dosa. Orang musyrik ketika dia bertaubat, maka Allah akan

Bagi orang Islam tentu sudah tidak asing mendengar istilah “Taubat Nasuha” istilah tersebut pada umumnya mempunyai maksud taubat yang sebenar-benarnya dalam kata lain bukan taubat sambal, esok taubat malam kumat lagi. Munculnya istilah tauabat Nasuha dalam dogma dan sejarah Islam dilatar belakangi oleh kisah seorang pemuda bernama Nasuha yang hidup pada masa Nabi Muhamad. Sehingga dengan demikian apabila Nasuha ini mengimani Islam sebagai agamanya serta hidup dan menyaksikan Nabi Muhamad maka ia termasuk pada golongan sahabat. Sahabat Nasuha, pada mulanya merupakan seorang yang taraf kejahatannya boleh dibilang menjijihkan, bahkan saking menjijihkannya manakala ia hendak taubat dan mengakui segala kebejatannya di depan Nabi Muhamad ia justru diusir oleh Nabi. Kejahatan Sahabat Nasuha memang kala itu dianggap sebagai kejahatan yang aneh, menjijihkan dan yang jelas diluar nalar manusia nomal, tapi kelak pengusiran Nabi pada Sahabat Nasuha itu kemudian membawa ampunan baginya, sebab setelah peristiwa tersebut Nabi Muhamad didatangi Malaikat Jibril yang mewahyukan tentang ampunan Allah atas kejahatan yang dilakukan Nasuha. Nasuha merupakan pemuda Madinah yang berprofesi sebagai penggali Kubur, secara umum ia pemuda yang baik tidak pernah melakukan kejahatan pencurian, pembunuhan ataupun menyekutukan Allah, akan tetapi ia melakukan kejahatan yang diluar batas-batas manusia normal, sebab ia hobi memperkosa mayat-mayat gadis yang sebelumnya ia kuburkan. Tidak tanggung-tanggung mayat gadis-gadis yang sudah diperkosanya berjumlah 99 orang, manakala ia hendak memperkosa mayat gadis yang ke 100 kalinya, rupanya hidayah Allah menghampirinya, sebab mayat gadis yang hendak ia perkosa itu rupanya berbicara dan memperingatkan Nasuha tentang hukuman Allah bagi orang-orang yang melakukan kejahatan itu. Sontak saja peristiwa itu membuat Nasuha lari tunggang langgang, melalui peristiwa itu, ia menysali segala perbuatannya, ia menangis tak henti-hentinya, hingga ia kemudian meminta ampunan Allah dengan cara menemui Nabi Muhamad, namun selepas ia menemui Nabi dan mengakui segala perbuatan bejatnya ia justru diusir Nabi. Pengusiran yang dilakukan Nabi padanya tidak menghalanginya untuk bertaubat, ia pun melarikan diri ke padang pasir sambil terus-terusan menangis dan bersujud mengharap ampunan Allah. Selepas peristiwa pengusiran itu, Nabi ditegur oleh Allah melalui kedatangan Malaikat Jibril yang mengabarkan ampunan Allah turun bagi Nasuha, maka selepas peristiwa itu Nabi mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa Nasuha telah diampuni taubatnya dan sekaligus mengabarkan bahwa Nasuha merupakan salah satu penghuni surga. Namun baru saja Nasuha dihadapkan kepada Nabi untuk yang kedua kalinya ternyata ia wafat. Kisah mengenai pemuda pemerkosa mayat, yang melatar belakangi munculnya istilah “Taubatan Nasuha” ini dikisahkan dalam beberapa kitab hadist, salah satunya adalah Kitab Riyadhu Shalihin pada bab taubat. Berikut ini adalah petikan terjamah dari hadist dalam kitab Riyadhu Shalihin yang menceritakan taubatnya Nasuha; Suatu hari Umar RA datang menemui Rasulullah dengan menangis. Rasulullah pun brtanya kepdanya, "Apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis, wahai Umar?" Kata Umar, "Sungguh hati saya merasa tersentuh oleh ratapan sorang pemuda yang ada dipintu rumah tuan!" Rasulullah pun memerintahkan Umar untuk membawa pemuda itu". Ketika pemuda itu telah sampai dihadapan Rasulullah, beliaupun bertanya kepadanya, "Wahai Pemuda, apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis dan meratap?" Pemuda itu menjawab , "Wahai Rasulullah, yang membuat saya menangis ialah banyaknya dosa yang terlanjur saya lakukan ! Saya takut bila Allah murka kepada saya!" Beliau kembali bertanya, "Apakah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu ?" "Tidak!" jawab pemuda itu. "Apakah engkau telah membunuh orang dengan tanpa hak?" tanya Rasulullah . "tidak !" jawab pemuda itu. "Allah akan mengampuni semua dosamu, meskipun dosamu itu sepenuh tujuh langit dan bumi!" jelas Rasulullah sembari menenangkan pemuda itu. Mendengar penjelasan Rasulullah, pemuda itupun berkata, "Wahai Rasulullah, dosa saya lebih besar dari tujuh langit dan gunung yang tegak berdiri!" Beliau pun menimpali, “Apakah dosamu lebih besar dari kursi kekuasaan Allah?”. “Dosa saya lebih besar lagi !" ratap pemuda itu. “Apakah dosamu lebih besar dari Arsy?” beliau kembali bertanya. “Dosa saya lebih besar dari itu !” jawab pemuda itu. “Apakah dosamu lebih besar, ataukah Allah?” Tanya Rasulullah. “Allah tentu yang lebih besar dan lebih Agung , tapi saya malu kepadamu, Wahai Rasulullah", jawab pemuda itu. Beliaupun bersabda, "Janganlah engkau malu, beritahukan dosamu kepada saya!” pinta Rasulullah. Oleh karena beliau yang meminta, maka pemuda itupun tak kuasa untuk menolaknya. Akhirnya iapun menceritakan dosa yang telah dikerjakannya, seraya berkata “Wahai Rasulullah , sungguh saya adalah seorang pemuda pembongkar mayat dalam kubur sejak 7 tahun yang lalu. Suatu ketika ada seorang gadis putri seorang sahabat golongan Anshar yang meninggal dunia, maka saya pun membongkar kuburnya dan mengeluarkannya dari kafannya, karena tergoda bisikan syetan , saya pun menggaulinya. Tiba-tiba gadis itu berbicara, “Tidakkah engkau malu kepada Kitab Allah dan pada hari dia meletakkan kursinya” untuk memberikan hukum serta mengambil hak orang yang dianiaya dari orang yang telah menganiayanya? Mengapa engkau jadikan aku telanjang dihari penghimpunan kelak, dari orang- orang yang telah meninggal dunia? Mengapa engkau jadikan aku berdiri dalam keadaan junub diharibaan Allah? ” Mendengar cerita itu Rasulullah pun meloncat karena gusarnya . Dengan suara keras , beliau berkata, “Wahai pemuda Fasiq, keluar dan jauh-jauhlah kamu dari saya, tidak ada balasan yang pantas untukmu kecuali neraka!” Pemuda itupun keluar dengan menangis sejadi-jadinya . Ia menjauh dari khalayak ramai dan menuju kepadang pasir yang luas, dengan tidak mau makan dan minum sesuatupun, serta tidak bisa tidur sampai tujuh hari lamanya. Tubuhnyapun menjadi lemah dan lunglai, hingga iapun jatuh tersungkur dipermukaan tanah berpasir yang maha luas itu. Seraya meletakkan wajahnya dipasir sambil bersujud, ia berdoa dan meratap. “Wahai Tuhan, aku adalah hamba-Mu yang berdosa dan Bersalah. Aku telah datang ke pintu Rasul-Mu agar dia bisa menolongku di sisi-Mu. Namun ketika ia mendengar dosaku yang sangat besar, ia mengusir dan mengeluarkan aku dari pintunya. Kini aku datang kepintu-Mu, agar engkau berkenan menjadi penolongku di sisi Kekasih-Mu. Sesungguhnya engkau maha pengasih kepada hamba-hamba-MU. Tak ada lagi harapanku kecuali kepada-Mu . Kalau tidak mungkin, maka lebih baik kirimkan saja api neraka dari sisi-Mu, dan bakarlah aku dengan api itu didunia-Mu ini, sebelum aku engkau bakar diakhirat-Mu nanti!” Sepeninggal pemuda itu, Rasulullah didatangi oleh malaikat jibril , seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Allah telah berkirim salam kepada-Mu!” Beliaupun menjawab salam Allah. Setelah itu malaikat Jibril kembali berkata, “Allah bertanya kepadamu , apakah kamu yang telah menciptakan para makhluk? ” Beliau menjawab , “Tentu saja tidak, Allah yang telah menciptakan semuanya!” “Allah juga bertanya kepadamu, Apakah kamu yang telah memberi rezeki kepada makhluk-makhluk Allah?” malaikat jibril kembali bertanya. “Tentu saja Allahlah yang telah memberi rezeki kepada mereka , bahkan juga kepadaku!” jawab beliau. “Apakah kamu yang berhak menerima taubat seseorang?” kembali malaikat jibril bertanya. “Allahlah yang berhak menerima dan mengampuni dosa hamba-hamba-Nya!’ jawab beliau. Mendengar jawaban-jawaban Rasulullah , malaikat jibrilpun berkata , “Allah telah berfirman kepadamu , “ Telah aku kirimkan seorang hamba-Ku yang menerangkan satu dosanya kepadamu, tapi mengapa engkau berpaling daripadanya dan sangat marah kepadanya? Lalu bagaimana keadaan orang-orang mukmin besok, jika mereka itu datang padamu dengan dosa yang lebih besar seperti gunung? Kamu adalah Utusan-Ku yang aku utus sebagai rahmat untuk seluruh alam, maka jadilah engkau orang yang berkasih sayang kepada orang-orang beriman dan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa. Maafkanlah kesalahan hamba-Ku, karena aku telah menerima taubatnya dan mengampuni dosanya”. Mendengar teguran Allah , Rasulullahpun mengutus beberapa orang sahabatnya untuk menemui pemuda yang pernah diusir Rasulullah itu. Akhirnya mereka menemukannya dan merekapun memberikan kabar gembira tentang ampunan Allah kepadanya. Lalu mereka membawa pemuda itu kepada Rasulullah , dan kebetulan saat mereka sampai beliau sedang mengerjakan Shalat. Maka merekapun segera bermakmum dibelakangnya. Setelah selesai membaca surat Alfatihah beliaupun membaca surat At- takasur baru saja beliau sampai ayat “ Hatta zurtumul maqabir sampai kamu masuk kedalam kubur,” maka pemuda itupun menjerit keras dan jatuh. Ketika orang-orang telah selesai Shalat, merekapun mendapati ternyata pemuda itu telah meninggal dunia. Allah berkenan menerima taubatnya dan memasukkannya kedalam kelompok hamba Allah yang shaleh.

Walaupundahulunya kita adalah orang "jahat" dan selalu berbuat "kejelekan" pasti hati kecil kita ingin berbuat baik juga. Semoga kita semua diberikan hidayah dan jalan menuju taubat nasuha yaitu taubat yang sesungguhnya. Semoga bermanfaat dan menjadikan kita yang membaca mendapatkan motivasi agar bisa berbuat baik dan lebih baik lagi. Tujuan penciptaan manusia dan hakikat penciptaan manusia dalam islam semata-mata adalah untuk mengikuti apa yang telah Allah perintahkan, termasuk menjalankan misi khalifah fil Ard. Inilah yang menjadi tujuan hidup menurut islam juga sebagai konsep manusia dalam islam yang harus diperjuangkan oleh manusia. Dalam pelaksanaannya tentu tidak akan bisa sempurna dan terus menerus sesuai dengan apa yang diharapkan. Tentu ada kesalahan dan manusia pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan oleh makhluk-makhluk lainnya. Manusia yang diciptakan dengan sempurna tidak berarti ia tidak bisa melakukan kesalahan dan terbebas dari hukum pahala dan dosa yang Allah tetapkan. Perilaku yang keliru, keji, jahat adalah perilaku yang sangat sering dilakukan oleh kekeliruan manusia tersebut terjadi bisa karena berbagai macam hal. Misalnya saja karena lebih menggunakan hawa nafsunya, tidak mengerti ilmu pengetahuan yang seharusnya digunakan, kebodohan, atau hal-hal lainnya. Kekeliruan tersebut adalah hal manusiawi yang sangat mungkin terjadi oleh siapa saja, kapan saja, dan dimanapun kita sejak zaman Nabi Adam, kekeliruan perilaku sudah terjadi yang menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi berbuat dosa dan salah. Sebagaimana ia melanggar aturan untuk tidak memakan buah khuldi, sedangkan hal tersebut dilanggarnya bersama hawa. Kedosaan pula terjadi pada anak-anaknya ketika berkonflik soal wanita dan akhirnya membunuh karena ingin mendapatkan apa yang tengah berbagai kekeliruan, kesalahan, kedosaan tersebut Allah tidak senantiasa membiarkan hamba-Nya terjebak pada kenistaan tersebut. Sifat Allah Yang Maha Pengampun, Penerima Taubat, dan juga Memberikan Rahman dan Rahim –Nya tentu akan diberikannya kepada manusia yang juga memiliki misi hidup di dunia Allah sangat luar biasa, dibalik potensi manusia berbuat dosa namun ada banyak peluang untuk berbuat pahala, sedangkan ampunan dan hidayah Allah sangat terbentang bagi manusia sepanjang manusia hidup di dunia. Persoalannya adalah, apakah manusia mau meminta ampunan dan bersungguh-sungguh untuk bertaubat di hadapan Allah SWT.“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dosa-dosamu yang kecil dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia surga.” QS. An-Nisa 31.Allah meminta manusia untuk senantiasa meminta ampunan-Nya serta mengiringinya dengan taubatan Nasuha. Untuk itu perlu mengetahui apa yang dimaksud dan seluk beluk mengenai taubatan Taubatan NasuhaSecara pengertian Taubatan Nasuha adalah proses taubat yang dilakukan secara bersungguh-sungguh, dengan kebulatan tekad, niat, dan menyempurnakannya dengan usaha untuk memperbaiki diri. Jika taubat dilakukan tanpa usaha dan perbaikan diri, maka taubat yang dilakukan bukanlah taubatan nasuha. Ia hanya sekedar untuk meminta ampunan tapi usaha untuk menjauhi perbuatan dosanya tetap Nasuha, bukanlah hasil yang diraih dengan waktu singkat. Taubatan nasuha adalah proses, sehingga tidak ada hasil yang instan jika ingin melakukan taubatan nasuha. Proses memiliki tahapan-tahapan dan juga keistiqomahan untuk bisa melakukan taubatan nasuha maka terdapat langkah-langkah yang harus manusia lakukan sebagai usaha membuktikan diri kepada Allah bahwa kita memang benar-benar ingin bertaubat dan menjauhi segala perbuatan keji dan munkar usaha dan berbagai tahapan belum dilakukan, maka tidak bisa digolongkan sebagai taubatan nasuha. Apalagi jika setelah bertaubat tidak jauh setelahnya kembali lagi melakukan kemaksiatan atau melakukan kembali kesalahan yang sama. Sesungguhnya, tidaklah dalam taubat yang Untuk Taubatan NasuhaUntuk bisa melakukan taubatan nasuha maka ada proses atau tahapan yang harus dilakukan. Hal ini agar taubat yang dilakukan bukanlah taubat yang biasa saja, tanpa ada proses yang mendalam untuk bisa memperbaiki kesahalan diri. Sekali lagi taubatan nasuha bukan hanya sekedar hasil, melainkan proses untuk bisa membenahi diri. Ia membutuhkan kesabaran, keteguhan hati, serta tekad yang kaut untuk meninggalkan kesalahan yang sama. Berikut adalah tahapan yang perlu diperhatikan Muhasabah atau Evaluasi Diri Tahapan awal untuk bisa melakukan taubatan nasuha adalah evaluasi diri. Evaluasi diri berarti melakukan proses perenungan dan penghayatan dirinya, terhadap apa yang salah dan perilaku yang bernilai dosa dihadapan Allah. Tanpa melakukan proses perenungan dan pengahyatan akan kesalahan diri, maka manusia nantinya tidak akan menemukan apa saja kekeliruan dia selama ini. Untuk itu dibutuhkan proses evaluasi diri yang baik dan evaluasi tersebut adalah karena hasil yang benar-benar berasal dari keinsyafan diri, bukan hanya karena kritik atau evaluasi dari orang lain. Sering kali kita menerima evaluasi diri karena orang lain yang telah memberikannya, sedangkan secara kesadaran atau keinsyafan diri, manusia tidak benar-benar diri bukan hanya mengevaluasi atas yang kita sadari salah saja, melainkan mencari-cari apa kesalahan-kesalahan dan dosa yang kita perbuat selama ini agar tidak terjerumus ke dalam jurang yang sama atau melakukannya kembali tanpa sadar. Untuk itu, proses evaluasi diri adalah mengecek apa saja yang kita lakukan bisa berpotensi keliru dan Evaluasi harus dilakukan secara penghayatan mendalam akan diri serta dilakukan secara intens, agar bisa mendetail menyadari kesalahan dan dosa apa yang telah kita perbuat selama dan Menerima Kesalahan DiriSetelah melakukan evaluasi diri yang mendalam, maka langkah selanjutnya adalah kita mengakui dan menerima kesalahan. Mengakui atau menerima kesalahan adalah awal langkah untuk meminta ampunan dan proses taubatan nasuha kepada Allah kesalahan artinya adalah kita mengakui atas hasil muhasabah dan penghayatan diri kita atau apa yang disampaikan orang lain kepada kita, atas perbuatan yang buruk atau bernilai dosa. Tanpa mengakui kesalahan, manusia dalam memohon ampun tidak akan benar-benar melakukannya dengan ikhlas, serendah-rendahnya atau dengan posisi yang benar-benar berserah diri kepada Allah SWT. Untuk itu, pengakuan kesalahan adalah langkah awal untuk melakukan taubatan hal ini tidak dilakukan maka manusia akan terjebak pada kesombongan diri dan keangkuhan untuk tidak mau mengakui kesalahan-kesalahannya. Padahal, awal untuk bisa melakukan perubahan diri adalah mengakui atau menerima terlebih dahulu kesalahan dirinya. Sifat sombong dalam islam sendiri adalah sikap yang dibenci Allah karena dengan kesombongan manusia tidak bisa melihat kenyataan secara jernih dan Perbaikan DiriMelakukan perbaikan diri adalah hal yang wajib dilakukan manusia ketika sudah menyadari kesalahan atau kekeliruan dalam dirinya serta menyadari dampak akan perilaku-perilakunya. Hal inilah yang membuktikan apakah ia bertaubat dengan sungguh-sungguh atau tidak. Orang yang taubatan nasuha akan melakukan perbaikan, menjauhi kedosaan, dan bersungguh-sungguh untuk terus menjaga perbuatan hanya mengakui kesalahan dan tidak memperbaiki keadaan, sejatinya manusia dalam posisi yang tidak bersungguh-sungguh bertaubat. Allah menilai bukan hanya dari niat dan ungkapan permohonan taubat kita, namun Allah melihat amalan dan konsistensi perbuatan kita. Maka, kunci dari taubatan nasuha adalah amalan yang diperbaiki dan dilakukan secara konsisten. Bukan hanya perilaku sementara kemudian lupa untuk memperbaiki diri, dan akhirnya kembali lagi kepada kesalahan dan kekeliruan yang Ampunan AllahSejatinya manusia adalah makhluk yang harus tunduk taat pada aturan Allah. Allah lah tempat bergantung hidup manusia. Kapan dan dimana saja, manusia akan selalu membutuhkan Allah, bahkan hingga mendapatkan berbagai kenikmatan, ujian kesulitan, dan lainnya, manusia membutuhkan Allah bukan Allah yang membutuhkan sudah melakukan evaluasi dan perbaikan, manusia tidak bisa sombong mengatakan bahwa taubat nya telah diterima. Hal ini karena Allah tidak pernah menyampaikan atau mengabarkannya kepada kita. Allah akan memberikan informasinya dan meminta pertanggungjawaban kelak saat hari penghisaban nanti. Untuk itu, manusia tetap harus meminta ampunan Allah setiap saat dan di waktu-waktu berdoa atau shalat tidak pernah bisa mengetahui secara sempurna kapan ia telah melakukan dosa dan pahala, karena perhitungan tersebut hnayalah Allah yang bisa menilainya. Untuk itu, dibutuhkan permohonan ampunan kepada Allah setiap waktu, karena kita tidak bisa terus menerus menyadari kesalahan apa yang telah kita Maha Pengampun, maka kapanpun kita meminta ampunan, Allah selalu membukanya dengan luas. Pertanyaannya hanya, apakah manusia mau menjemput dan memohonkan ampunan tersebut kepada Allah SWT. Jika tidak, maka Allah pun tidak akan memberikannya, karena hati yang tertutup oleh kesombongan dan keangkuhan Bertaubat dengan Taubatan NasuhaBertaubat dengan taubatan nasuha tentunya tidak asal-asalan dan Allah akan mengampuni jika manusia mengikuti kondisi-kondisi yang Allah syaratkan. Berikut adalah hal-hal yang harus umat islam perhatikan sebagai cara taubat nasuha Hanya Orang Beriman yang Dapat Diampuni Allah “Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS Al-A’raf 153Allah akan memberikan ampunan dan menerima taubat orang-orang yang telah berbuat kesalahan dengan menghapuskannya dengan syarat dalam proses pertaubatannya adalah orang-orang yang datang meminta ampun dalam keadaan beriman. Mereka bukan hanya pura-pura beriman melainkan dalam kondisi yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman, tentu belum tentu diterima pertaubatannya karena belum jelas keimanannya disampaikan pada salah satu manfaat beriman kepada Allah, maka umat yang beriman akan senantiasa diampuni kesalahan-kesalahan kecilnya oleh Allah SWT. Sedangkan mereka yang syirik atau kafir terhadap Allah, maka siksa Allah amatlah adalah kondisi dimana manusia benar-benar yakin dan tunduk pada Allah SWT, serta mengimana Zat Allah atau Hukum Allah seluruhnya tanpa kecuali. Termasuk meyakini rukun iman dan rukun islam seluruhnya, serta mengamaliahkannya dalam yang tidak diterima taubatnya adalah orang-orang yang tidak meyakini dan tunduk kepada Allah SWt. Orang-orang tersebut berarti tergolong kepada orang-orang yang syirik dan tidak mau menggantungkan hidupnya kepada atas Kekhilafan Diri Orang yang bertaubatan nasuha tidak akan mengulangi lagi kesalahannya bahkan ia akan menjauhi segala perbuatannya yang keliru dan membawakan dampak yang buruk. Taubatan nasuha adalah taubat yang bersungguh-sungguh dan melakukan kesalahan bukan karena disengaja melainkan karena khilaf atau ketidak tahuan. Hal itu dikarenakan orang beriman tidak akan melaksanakan hal-hal yang dilarang Allah secara sengaja. Ia akan diterima oleh Allah taubatnya asalkan tidak akan dilakukan yang bertaubat akan menyadari adanya kegelisahan hati karena tidak bisa berbuat yang benar. Untuk itu kedosaan adalah penyebab hati gelisah menurut islam bagi orang-orang yang beriman. “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” QS An-Nisa 17Bertaubat Sebelum Ajal Orang yang bertaubat sebelum ajal datang tidak akan bisa diterima oleh Allah karena sudah habis masa berlaku hidupnya sedangkan ia baru menyadari semuanya ketika ajal mejemput maka tidak akan ada waktu lagi pembuktian diri akan kesungguhan taubatnya. . “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, barulah ia mengatakan “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” QS An-Nisa 18 Hal-Hal yang Mendukung Proses Taubatan NasuhaTaubatan Nasuha adalah proses, maka untuk melakukannya butuh hal-hal yang mendukung agar proses tersebut bisa konsisten dilakukan sepanjang hayat kita. Jika tidak mendukung, maka tentu proses taubatan nasuha akan sulit dilakukan secara istiqomah. Kita pun mengetahui bahwa manusia bisa saja salah dan terjebak kembali pada kekeliruan yang sama atau bisa jadi berbeda sama yang Sehat dan Islami Lingkungan yang sehat dan islami adalah dimana kita dikelilingi oleh orang-orang yang shaleh dan shalehah dan terdapat ukhuwah islamiyah. Pengertian Ukhuwah Islamiyah Insaniyah dan Wathaniyah adalah ikatan persaudaraan sesama muslim yang kuat dan disertai kecintaan terhadap Allah SWT. Bukan hanya sekedar untuk bersama-sama dan tidak ada orientasi pada agama dan dalamnya terdapat amar ma’ruf nahi munkar yaitu saling mengingatkan kebaikan dan saling menasihati dalam kebaikan pula. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang senantiasa mengingatkan teman-teman atau orang sekiatarnya agar terhindar dari berada di lingkungan yang sehat dan mendukung maka kita seperti dijaga dan dikondisikan dengan situasi yang sehat. Tidak selalu berarti lingkungan yang sehat tidak ada sama sekali orang-orang yang lepas dari dosa dan lepas dari kesahalan. Namun, dengan amar ma’ruf nahi munkar maka hal tersebut bisa seperti inilah yang dibutuhkan saat ini, di zaman moderen yang serba liberal, nilai-nilai hedonisme dan matrealisme yang semakin marak. Tentu perlu benteng yang kuat di tengah zaman yang seperti ciri-ciri akhir zaman ini.“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. QS Al-Ashr 1-3Amalan Ibadah LainnyaMemperbanyak amalan ibadah salah satunya adalah menguatkan keimanan, menguatkan langkah dan proses kita untuk bertaubat. Disadari bahwa tidak selalu setiap saat kita akan bertemu dengan lingkungan yang sehat dan islami, untuk itu diperlukan kekuatan dari dalam diri untuk senantiasa mengingat Allah dan melakukan amalan ibadah lainnya sebagai Alarm diri ibadah ini dilakukan dengan keikhlasan, sedangkan ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT adalah selalu ingin menampakkan amalan ibadahnya di hadapan orang lain juga hanya berharap pujian dari agama islam salah satunya adalah cara agar kita bisa kuat menghadapi musibah dalam islam dan salah satu cara agar hati tenang dalam islam. Hal ini karena agama adalah tiang dari kehidupan, menuntun manusia untuk senantiasa berada di jalan kebaikan dan mengharapkan hanya balasan pahala dari Allah SWT.“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” QS Ar-Rad 28 ALLAHmenyukai orang-orang yang bertobat dan taubat yang diperintahkan Allah agar dilakukan oleh hamba-Nya adalah taubat nasuha (taubat yang semurni-murninya). Firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” (QS. at-Tahrim: 8). Lalu apa makna taubat nasuha tersebut? Seburuk-buruknya perilaku pendosa dan ahli maksiat, Masih Allah bukakan pintu Taubat bagi mereka. Tidak peduli ntah itu pezina, pembunuh, pemabuk, koruptor, ahli maksiat dan lain sebagaimanya. Selagi nyawa masih ada, pasti taubat seorang hamba akan diterima oleh Allah SWT. Bersumber dari ibnu umar, Rasulullah SAW bersabda اِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يٌغَرْغِرْ من المصابيح Yang artinya “Sesungguhnya Allah SWT menerima taubat seorang hamba, selagi dia belum tercekik-cekik. Yang dimaksud tercekik-cekik dalam hadist ini adalah bahwa taubat seorang pendosa akan diterima selagi ruh belum mencapai leher. Saat tercekik-cekik ia bisa melihat nasib yang akan ia alami seperti halnya rahmat ataupun kengerian dan kedasyatan. Saat itu terjadi, taubat dan iman seseorang tidak lagi berguna, sebab syarat taubat adalah bertekad meninggalkan dosa dan tak mengulangi dosa lagi. Jika seseorang sudah mati atau meninggal dunia, maka tidak ada lagi kesempatan untuk bertaubat maupun beriman. Dikisahkan dari Sahabat umar bin khatab RA. Beliau berkata دَخَلْتُ مَعَ النَّبِىِّ ﷺ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الاَنْصَاِر وَهُوَ فِى حَالَةِ النَّزْعِ, فَقَالَ لَهُ النَّبِىُّ ﷺ, تُبْ اِلَى الله, فَلَمْ يَعْمَلْ بِلِسَانِهِ وَاَجَالَ عَيْنَيْهِ نَحْوَ السَّمَاءِ, فَتَبَسَّمَ النَّبِىُّ ﷺ, فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا حَمَّلَكَ عَلَى التَّبَسُّمِ؟ فَقَالَ النَّبِىُّ ﷺ اِنَّ هَذَا المَرِيْضُ لَمْ يَعْمَلْ بِلِسَانِهِ التَّوْبَةَ وَاَوْمَأَ بِبَصَرِهِ اِلَى السَّمَاءِ وَنَدِمَ بِقَلْبِهِ. فَقَالَ الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى "يَا مَلَائِكَتِى اِنَّ عَبْدِى عَجَزَ عَنِ التَّوْبَةِ بِلِسَانِهِ وَنَدِمَ بِقَلْبِهِ, فَلَا اُضِيْعُ تَوْبَتَهُ وَنَدَمَتَهُ بِقَلْبِهِ, أَشْهِدُوا أَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُ". درة المجالس Dari Abu Bakar RA, Dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda “Senantiasalah kamu membaca. Laa ilaha illallah dan istighfar, perbanyaklah kamu membaca keduanya. Karena sesungguhnya iblis berkata “Aku telah membinasakan manusia dengan dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan, namun mereka membinasakan aku dengan La ilaha illah dan istighfar. Tatkala aku melihat hal itu, maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk” Durrun Mantsur. Dari Atha’ ibn Khalid, bahwa ia berkata “aku mendengar bahwasanya setelah turunya firman Allah SWT “Waman Yaghfirudz dzunuba illallah wa lam yushirru ala ma fa’alu wahum ya’lamun, maka menjeritlah iblis, memanggil manggil bala tentaranya dan menaburkan tanah diatas kepalanya, serta mengaduh celaka, sehingga datanglah kepadanya bala tentara dari segala daratan dan lautan, lalu tentara terntara itu berkata “Kenapa engkau, wahai tuan kami?” Dari kisah ini, marilah kita senantiasa bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman ياايها الذين امنو توبوا الي الله توبة نصوحا. Yang Artinya “ Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-murninya”. Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubatnya seorang yang mengerjakan perbuatan buruk, dan ia tak melakukan dosa itu lagi selama-lamanya. Semoga kisah ini dapat membuka setiap mata hati yang tertutup gelap, sehingga bisa terang dan kembali dijalan Allah yang lurus amin. Wallahu A’lamu Juga Kisah Ahli Maksiat Yang Gagal Masuk Kedalam Neraka Sebab Menangis xqIbM.
  • qf57ugjg4r.pages.dev/459
  • qf57ugjg4r.pages.dev/362
  • qf57ugjg4r.pages.dev/510
  • qf57ugjg4r.pages.dev/306
  • qf57ugjg4r.pages.dev/78
  • qf57ugjg4r.pages.dev/72
  • qf57ugjg4r.pages.dev/264
  • qf57ugjg4r.pages.dev/469
  • kisah orang taubat nasuha